Senin, 12 Juli 2010

Proyek Kita Sendiri

Seorang tukang kayu tua bermaksud pensiun dari pekerjaannya di sebuah perusahaan konstruksi real estate. Ia menyampaikan keinginannya tersebut pada pemilik perusahaan.Tentu saja, karena tak bekerja, ia akan kehilangan penghasilan bulanannya, tetapi keputusan itu sudah bulat.


Ia merasa lelah. Ia ingin beristirahat dan menikmati sisa hari tuanya dengan penuh kedamaian bersama istri dan keluarganya.


Pemilik perusahaan merasa sedih kehilangan salah seorang pekerja terbaiknya. Ia lalu minta pada tukang kayu tersebut untuk membuatkan sebuah rumah untuk dirinya. Tukang kayu mengangguk menyetujui permohonan pribadi pemilik perusahaan itu.


Tapi, sebenarnya ia merasa terpaksa. Ia ingin segera berhent. Pikirannya tidak sepenuhnya dicurahkan. Dengan ogah-ogahan ia mengerjakan proyek itu. Ia cuma menggunakan bahan-bahan sekedarnya.


Akhirnya selesailah rumah yang diminta. Hasilnya bukanlah sebuah rumah baik. Sungguh sayang ia harus mengakhiri kariernya dengan prestasi yang tidak begitu mengagumkan.


Ketika pemilik perusahaan itu datang melihat rumah yang dimintanya,ia menyerahkan sebuah kunci rumah pada si tukang kayu." Rumah ini adalah rumah kamu," kata sang pemilik perusahaan." Hadiah dari saya sebagai penghargaan atas pengabdian kamu selama ini."

Betapa terkejutnya si tukang kayu. Betapa malu dan menyesalnya. Seandainya saja ia mengetahui bahwa ia sesungguhnya mengerjakan rumah untuk dirinya sendiri, ia tentu akan mengerjakannya dengan cara yang lain sama sekali.


Kini ia harus tinggal di sebuah rumah yang tak terlalu bagus hasil karyanya sendiri. Itulah yang terjadi pada kehidupan kita.

Kadangkala, banyak dari kita yang membangun kehidupan dengan cara yang aneh. Lebih memilih berusaha ala kadarnya ketimbang mengupayakan yang terbaik. Bahkan, pada bagian-bagian terpenting dalam hidup, kita tidak memberikan yang terbaik.


Pada akhir perjalanan kita terkejut saat melihat apa yang telah kita lakukan dan menemukan diri kita hidup di dalam sebuah rumah yang kita ciptakan sendiri. Seandainya kita menyadarinya, sejak semula kita akan menjalani hidup ini dengan cara yang jauh berbeda.


Renungkan bahwa kita adalah si tukang kayu. Renungkan rumah yang sedang kita bangun.


Setiap hari kita memukul paku, memasang papan, mendirikan dinding dan atap. Mari kita selesaikan rumah kita dengan sebaik-baiknya seolah-olah hanya mengerjakannya sekali saja dalam seumur hidup.


Hidup kita esok adalah akibat sikap dan pilihan yang kita perbuat hari ini.
Hidup adalah proyek yang kita kerjakan sendiri.

Dikutip dari sebuah sharing di milis.


Sabtu, 10 Juli 2010

10 Kualitas Pribadi yang Disukai

1. Ketulusan

Ketulusan membuat orang lain merasa aman dan dihargai karena yakin tidak akan dibodohi atau dibohongi. Orang yang tulus selalu mengatakan kebenaran, tidak suka mengada-ada, pura-pura, mencari-cari alasan atau memutarbalikkan fakta. Ketulusan perlu diimbangi dengan kecerdikan, supaya tidak menjadi keluguan yang bisa merugikan diri sendiri.

2. Kerendahan hati
Hanya orang yang kuat jiwanya yangbisa bersikap rendah hati. Ia seperti padi yang semakin berisi semakin menunduk. Orang yang rendah hati bisa mengakui dan menghargai keunggulan orang lain. Ia bisa membuat orang yang diatasnya merasa oke dan membuat orang yang dibawahnya tidak merasa minder.

3. Kesetiaan
Sudah menjadi barang langka dan sangat tinggi harganya. Orang yang setia selalu bisa dipercaya dan diandalkan. Dia selalu menepati janjinya, mempunyai komitmen yang kuat, rela berkorban dan tidak suka berkhianat.

4. Bersikap positif
Selalu berusaha melihat segala sesuatu dari kacamata positif, bahkan dalam situasi yang buruk sekalipun. Lebih suka membicarakan kebaikan daripada keburukan orang lain, lebih suka bicara mengenai harapan daripada keputusasaan, lebih suka mencari solusi daripada frustasi, lebih suka memuji daripada mengecam, dsb.

5. Ceria
Keceriaan tidak harus diartikan ekspresi wajah dan tubuh, tapi sikap hati, karena tidak semua orang dikaruniai temperamen ceria. Orang yang ceria adalah orang yang bisa menikmati hidup, tidak suka mengeluh dan selalu berusaha meraih kegembiraan. Punya potensi untuk menghibur dan mendorong semangat orang lain.

6. Bertanggung jawab
Melaksanakan kewajibannya dengan sungguh-sungguh. Kalau melakukan kesalahan, berani mengakuinya. Ketika mengalami kegagalan, tidak akan mencari kambing hitam untuk disalahkan. Bahkan kalau merasa kecewa dan sakit hati, tidak akan menyalahkan siapapun.

7. Percaya diri
Menerima dirinya sebagaimana adanya, menghargai dirinya dan menghargai orang lain. Orang yang percaya diri mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan dan situasi yang baru. Tahu apa yang harus dilakukannya dan melakukannya dengan baik.

8. Kebesaran jiwa
Dapat dilihat dari kemampuan seeorang memaafkan orang lain. Orang yang berjiwa besar tidak membiarkan dirinya dikuasai oleh rasa benci dan permusuhan. Ketika menghadapi masa-masa sukar, tetap tegar, tidak ter hanyut dalam kesedihan dan keputusasaan.

9. "Easy Going"
Tidak suka membesar-besarkan masalah kecil. Bahkan berusaha mengecilkan masalah-masalah besar. Tidak suka mengungkit masa lalu dan tidak mau khawatir dengan masa depan. Tidak mau pusing dan stress dengan masalah-masalah yang berada diluar kontrolnya.

10. Empati
Berempati bukan saja mendengar dengan baik, tapi juga bisa menempatkan diri pada posisi orang lain. Jika terjadi konflik, selalu mencari jalan keluar terbaik bagi kedua belah pihak, tidak suka memaksakan pendapat dan kehendaknya sendiri. Selalu berusaha memahami dan mengerti orang lain.

Selasa, 06 Juli 2010

Tidak Pernah Terlambat

Berapa usia kita sekarang ? Masih berapa tahunkan kita harus berproduksi ? Bila sekarang saja semangat kita sudah kempis, bagaimana kita akan giat berkarya pada tahun-tahun mendatang?
Bayangkan profesional seperti Martha Tilaar, yang berusia 70 tahun, tetapi semangatnya serasa 30 tahun. Apalagi jika mengingat Bunda Teresa yang sampai usia 80 an masih terus melakukan pelayanan kemanusiaan…

So, bagaimana untuk bisa membangkitkan semangat kita lagi???

Hati-hati dengan "menerima apa adanya"
Sikap 'menerima apa adanya' bisa mematikan spirit sehingga perlu diwaspadai dan diperangi, namun bukan berarti kita harus menjadi orang yang terlalu menuntut lebih dari yang kita bisa. Hanya perlu mengingat bahwa kita selalu bisa melakukan yang lebih baik dengan tidak pasrah dan diam terhadap keadaan yang belum maksimal.

Pandanglah ke depan
Bukan saja enterpreneur seperti Henry Ford (Ford Motor Comp), Bill Gates (Microsoft Corp), Larry Page dan Sergey Brin (Google) yang mempunyai kemampuan untuk memandang ke depan, KITA PUN BISA ! kita sebagai individu, kelompok atau bahkan perusahaan sebenarnya tidak akan pernah kekurangan kesempatan untuk meningkatkan produktivitas. Kita bisa menumbuhkan mood untuk maju, mentransfer dan merealisasikan ide dan optimis untuk lebih sukses.

Bertanyalah "bagaimana caranya ?"
Bisnis dan situasi negara kita sekarang membutuhkan produk baru, cara dan metode produksi, pasar baru, kecepatan, transfer kekuatan, dan informasi. Bagaimana mungkin kita tinggal diam dan menunggu ? Kita bisa mengaktifkan otak dan selalu mencari cara baru. Seberapa pun sederhananya sebuah pekerjaan, pikirkan bagaimana untuk bisa improve.

Kembangkan mindset "memulai"
Bayangkan kalau kita selalu menjadi orang yang pertama maju kedepan untuk memberi ide, mengerjakan sesuatu, termasuk menyapa 'halo' di setiap kontak dengan orang lain. Kita pasti akan menebar semangat. Dan, untuk diri sendiri, kita akan menumbuhkan semangat ekstra sebagai pemulai dan penyerang, tidak sekadar responsif.

Cintai teknologi
Pemrosesan data, jaringan internet, telekomunikasi, tidak pernah bisa kita hindari. Teknologi berkembang sedemikan pesat sehingga kita seakan-akan kalah cepat. Belum lama diluncurkan teknologi GPRS, CDMA, 3G, muncul lagi iPod, iPhone dll. Begitu juga dengan maraknya jejaring sosial yg bisa membawa kita dengan mudah berhubungan dengan siapa saja di penjuru dunia. Bila kita sedikit berusaha untuk menyukai dan memperdalam teknologi, kita pun terbantu untuk berkembang bersamanya.

Ayo bersemangat untuk tidak pernah berhenti belajar dan bergerak majU!!

Sumber: KCM - Oktober 2006

Rabu, 23 Juni 2010

Nikmatilah Kopinya...

Sekelompok alumni satu universitas yang telah mapan dalam karir masing-masing berkumpul dan mendatangi professor kampus mereka yang telah tua. Percakapan segera terjadi dan mengarah pada komplain tentang stress di pekerjaan dan kehidupan mereka.

Menawari tamu-tamunya kopi, professor pergi ke dapur dan kembali dengan poci besar berisi kopi dan cangkir berbagai jenis - dari porselin, plastik, gelas, kristal, gelas biasa, beberapa diantara gelas mahal dan beberapa lainnya sangat indah - dan mengatakan pada para mantan mahasiswanya untuk menuang sendiri kopinya.

Setelah semua mahasiswanya mendapat secangkir kopi di tangan, professor itu mengatakan : "Jika kalian perhatikan, semua cangkir yang indah dan mahal telah diambil, yang tertinggal hanyalah gelas biasa dan yang murah saja. Meskipun normal bagi kalian untuk mengingini hanya yang terbaik bagi diri kalian, tapi sebenarnya itulah yang menjadi sumber masalah dan stress yang kalian alami."

"Pastikan bahwa cangkir itu sendiri tidak mempengaruhi kualitas kopi. Apa yang kalian inginkan sebenarnya adalah kopi, bukanlah cangkirnya, namun kalian secara sadar mengambil cangkir terbaik dan kemudian mulai memperhatikan cangkir orang lain."

"Sekarang perhatikan hal ini : Kehidupan bagai kopi, sedangkan pekerjaan, uang dan posisi dalam masyarakat adalah cangkirnya. Cangkir bagaikan alat untuk memegang dan mengisi kehidupan. Jenis cangkir yang kita miliki tidak mendefinisikan atau juga mengganti kualitas kehidupan yang kita hidupi. Seringkali, karena berkonsentrasi hanya pada cangkir, kita gagal untuk menikmati kopi yang Tuhan sediakan bagi kita."

Jadi nikmatilah kopinya, jangan cangkirnya.

Sadarilah jika kehidupan anda itu lebih penting dibanding pekerjaan anda. Jika pekerjaan anda membatasi diri anda dan mengendalikan hidup anda, anda menjadi orang yang mudah diserang dan rapuh akibat perubahan keadaan. Pekerjaan akan datang dan pergi, namun itu seharusnya tidak merubah diri anda sebagai manusia.
Pastikan anda membuat tabungan kesuksesan dalam kehidupan selain dari pekerjaan anda!!

Dikutip dari sebuah milis

Site Map


Jumat, 18 Juni 2010

Penyimpangan Idealisme

Dari sejumlah pengalaman bekerja di dunia INGO, mungkin sejumlah rekan-rekan akan semakin menyadari betapa sering kali kita menyimpang dari misi yang disebut 'humanitarian organization'.

Bagaimana tidak?
Jika diawal-awal bekerja kita masih sangat idealis untuk bekerja bagi masyarakat atas nama kemanusiaan, maka setelah terjun didalamnya kita mulai lebih tertarik dengan hal-hal diluar itu.
Katakan saja contohnya peluang untuk bisa training sambil jalan2 baik itu didalam maupun diluar negeri, jumlah gaji yang diperoleh, sampai kepada hitung-hitungan belajar bahasa asing.

Namun apa yang menjadi keresahan utama penulis, adalah ketika penyimpangan2 tujuan tidak hanya sebatas keuntungan pribadi, namun sudah merambah pada pola kebijakan organisasi itu secara umum. Misalnya saja ketika berbicara mengenai hal-hal yang menyangkut management, baik itu sistem kontrak kerja, pengaturan jam bekerja, jumlah gaji yang dibayarkan dan yang paling penting adalah dampak dari projek ataupun program yang dilakukan, siapa sebenarnya yang lebih merasakan keuntungannya, masyarakat atau siapa?

Hal inilah yang patut kita renungkan bersama dan kita kaji ulang, apakah sejauh ini peran INGO masih melekat dengan keperduliannya terhadap rakyat miskin, atau hanya sebagai simbol dari sistem kolonialisme model baru, yang cenderung bersifat menjual kemiskinan.